Yusni Tria Yunda [ 📝 ].
Assalamu'alaikum. Bismillah.
Berpuluh tahun masyarakat Sunda secara sosiologis, memiliki unek-unek dalam menjadikan eksistensi dirinya sebagai
central of nations intellectual dalam kancah politik nasional sepanjang sejarah pasca proklamasi merdekanya Bangsa Indonesia, tahun 1945
Masehi. Apabila para peneliti peka, maka akan ditemukan suatu kebenaran tak terilis terhadap fenomena tersebut, - di mana secara demografi kewilayahan Sunda adalah dominan, namun mentalitas komunitas Sunda dalam perpolitikan seolah belum dewasa. Percumalah kiranya, apabila di satu sisi dunia maya meng - dan digembar-gemborkan bahwa entitas politik perdana yang
established di Nusantara berawal dari komunitas Sunda, namun di sisi lain, minderitas erat mendekap merk yang diusung komunitasnya, "
Seal lock A Sunda".
Sangkuriang sang "satria ngaku diri sang Hyang", - disebutkan ; "keturunan"
anjing (Si Tumang) dan babi (Wayungyang), lantas secara pikiran dangkal serta merta diidentikkan dengan
"orang Sunda" keturunan anjing dan babi. Merk Sunda yang diasosiasikan secara
denotatif dalam kemasan itu telah membuat
porto folio introvert para
anggota komunitas Sunda dalam mengakui sejarahnya sendiri. Komunitas tumbuh dengan bayang-bayang kisah melegenda sebagai
background dari
group yang minder dan diminderkan. Di sini, ruhani laut jiwa komunitas Sunda seakan kering, maka diperlukan metode tasawwuf untuk membedah sumber airnya yang ditutupi dalam siloka tasawwuf sejarah. Dzikir Sunda yang efektif seharusnya adalah contoh bagi komunitas entitas - komunitas entitas lainnya di Indonesia khususnya, tanpa meng-alfa-kan komunitas - komunitas lain di dunia umumnya.
Pahit dan manis seharusnya dini'mati bersama, antara apa yang menjadi pengalaman generasi terdahulu dengan generasi terkemudian, di dalam
"in tell act to all", clash of gender yang berawal dari
era siloka saatnya dibuka oleh para guru di sekolah-sekolah formal dan para personil pengajar informal, serta para pembimbing non-formal yang telah memahami "
seal lock A". Sudah saatnya "beban moral" yang berat atau
over disorientasi psikis akibat
view negatif atau cara pandangan negatif terhadap "asal-usul" etnis Sunda tersebut dilepaskan, dimerdekakan sebagai setitik jeda menarik nafas, untuk lalu menyusul kemajuan beberapa
leaders son of nation state in the world pasca peringatan Proklamasi Kemerdekaan, dan upaya mengakuisisi
account-account seluruh negara bangsa di dunia menjadi suatu entitas negara diri dalam
account rahmatan lil 'alamin.
Kemasan kisah Sangkuriang selama ini, (diduga selama beberapa dasawarsa, hingga rekonstruksi tulisan ini dibuat, yaitu 04 April 2016
Masehi) - umumnya nampak sebagai sebuah kisah "seal lock A", yang disimpan oleh pihak-pihak tertentu untuk mengunci secara kaku cara memandang publik terhadap "merk Sunda". Setelah meminjam sudut pandang (
view) tasawwuf, sebagai metoda mendekatkan diri kepada Allah, maka dapatlah kita putar-balikkan orientasi dari cap negatif tersebut menjadi sebuah kegeniusan sosial religius komunitas Sunda sebagai
Sun of India. Itu tentunya hal indah, warisan dari masa lalu yang perlu ditemukan.
Diketahui, secara kausalitas sejarah, pada sesatnya orientasi ini dilatarbelakangi dan menyebabkan saat ini ;
1). bahwa, mobilitas "hai
poor" (baca dibalik) selama sekian lamanya 7 dasawarsa tak pernah beranjak melebihi Dollar, serta mata uang - mata uang
leaders of moneys economyc system lainnya. Funding yang lemah, bukan berarti kelemahan dari berbagai Dinasti - dinasti di Indonesia dalam mengumpulkannya, namun sering terjadinya
chaos-chaos internal selama sekian abad adalah status kelemahan sisi
lending yang secara tidak langsung sangat berkaitan dengan mobilitas tertutup warisan dari sistem kasta dari entitas religius selain Islam (
In syahadat link after mistakes ; jahiliyyah).
Sun of India (Sunda) adalah yang paling terkena dampaknya. Namun, para guru yang arif pada masa lalu tersebut secara visi telah mengkonstruksi sebuah format kepatutan cara untuk ; "bagaimana mengemas strategi guna kita dapat melawan pada waktunya". Tentu hal tersebut diandalkan sesuai dengan kondisi dan situasi pada masa itu, sebagai sebuah pesan bagi generasi kita (yang lahir setelah beliau - beliau, dan baru menyadari setelah beliau - beliau tiada secara lahiriah, melainkan ada bathiniah jalan ruhani yang menyambungkannya secara intelektual). Jalan ; telah terbuka, namun diperlukan guru pembimbing yang memahami letak kunci serta cara menjalaninya.
2). bahwa, setelah memasuki abad ke-19, pergolakan sejarah ekonomi dan politik di wilayah Kesundaan mengalami fase ujian pertama dalam dzikirnya, yaitu dengan teror pada
multy sectoral ; militer, ekonomi, sosiologis, dan yang paling parah adalah teror moral psikologis dari bangsa calon penjajah Indonesia, yaitu komunitas Eropa, termasuk Belanda dengan strategi kopinya di Priangan. Di sinilah dan pada masa inilah diasumsikan lahirnya kisah Sangkuriang yang berkembang selama berabad satu setengah - hingga dua abad. Sasaran umum adalah seluruh entitas dalam sejarah komunitas-komunitas Indonesia pada sepanjang abad ke-19, dengan Sunda sebagai
to lock ukurannya. Sejarah konvensional akan memandang bahwa pada abad ini serta abad selanjutnya dengan tindakan - tindakan teror, Indonesia diperlakukan sebagai anjing yang diharapkan setia bagi pemaksaan kurikulum entitas bertopeng religius yang mengembangkan diri menjadi entitas sistem sosial tersebut. Jalan ; terbuka, kunci ada, peta ada, guru pembimbing ada, kekuatan kurang.
3). bahwa, paham komunisme yang berkembang di Indonesia pada abad selanjutnya bagaikan kegagalan memahami pesan dan format yang dikemas para leluhur sebagai guru - guru yang arif bijaksana. Itu, adalah yang ditangisi oleh para proklamator ; yaitu, "bagaimana cara untuk membuat anak - anak muda mengerti dan paham tentang pesan para leluhur?". Masa - masa Revolusi (1945 sampai dengan 1950
Masehi) adalah tepat 1 (satu) abad pola pengulangan sejarah, di mana Mekah berevolusi ruhani di bawah bimbingan Guru Mursyid dari Sambas (sekarang Kalimantan, Indonesia). Jalan ; Guru Pembimbing ada, peta lengkap, kekuatan terbagi.
4). bahwa, perjalanan belum tercatat utuh, pemahaman masih terbagi.
Karena itulah, untuk hal kritis saat ini, maka pengemban amanat kisah saat ini, memerlukan para pemuda, untuk membahas ;
1). dukungan para guru untuk memimpin potensi komunitas,
2). dukungan para pemegang kebijakan kurikulum untuk memasukkan inti
sirri yang ditemukan ke dalam inti sari kurikulum yang akan diajarkan kepada para siswa dan calon - calon siswanya,
3). dukungan para stake holder, sebagai kekuatan untuk legalisasi rumusan - rumusan kebijakan para pemegang kebijakan untuk tidak mencari selain diri para guru yang dimaksud pada point 1 (satu) di atas.
(bersambung ke Bagian-2)
___
Suntingan ke-1: 11/09/2018, pada PILIHAN SELANJUTNYA, guna ke halaman terbaru penulis.
PILIHAN SELANJUTNYA: "click":
Hijrah.