Kamis, 05 Mei 2016

Sunset


Yusni Tria Yunda.
___

Suntingan ke-1: 11/09/2018, pada PILIHAN SELANJUTNYA, guna pindah ke halaman terbaru penulis.

PILIHAN SELANJUTNYA, "click": Hijrah.

Piye ISO?

Jalan Kisah Sangkuriang Bukan Sekedar Legenda ; "Kemasan Tasawwuf Sejarah dalam View Sosiologi Sunda" (Bagian-2)

Yusni Tria Yunda [ 📝 ].

Bersama, setelah tibanya ajaran kasta dalam sosiologis komunitas Sunda, yang puncaknya terwujud dalam sebuah entitas politik (1) ; penerapan sistem kasta dalam radius wilayah Kesundaan dan juga Asia Tenggara, dimungkinkan berlangsung selama beberapa abad. Pembuangan karakter asli yang menerapkan sistem komunal dalam masyarakat pra-sejarah di lingkungan masyarakat komunitas Sunda dilakukan hingga setidaknya identitas entitas komunitas ini diingatkan kembali oleh datangnya suatu sistem sosial kemasyarakatan baru ; Islam, yang tanpa ajaran kasta.

Mobilitas sosial, selain cara Islam dan leluhur masyarakat Sunda, mendapatkan "perlawanan", di satu sudut, dan ter"akulturasi"kan dengan memori Ke-Islam-an menjelang Caruban (Cirebon) terjamah Islamisasi yang kuat dengan perbandingan pada abad ke-13-an di sudut lain (2). Menyadari bahwa sistem kasta mulai goyah selama sekitar 6 abad - pola sejarah sebagaimana fenomena sebelumnya, bahwa Hindu India mendapatkan antagonisme dari Sidharta Gautama (representasi kasta satria yang mencari pelepasan identitas kasta dari dominasi kasta Brahmana), terulang di Indonesia Sunda, Itulah maka, proteksi dilakukan oleh para pendominasi entitas ketika itu - bersamaan dengan masuknya penetrasi kekuatan Eropa "baru", yaitu entitas Belanda "baru" pasca takluknya Napoleon Bonaparte di Eropa pada pertengahan awal abad ke-19. 

Kaum Sunda terbagi dua pada pertengahan abad ke-19 ; kasta's resistanted, dan mobilization's reformer - begitu kita dapat menamakannya, saling berebut pengaruh di Tatar Sunda, bersamaan dengan intervensi pihak ke-III, Belanda "baru". Apa yang kemudian terjadi, adalah fakta - fakta awal dari kisah Sangkuriang, sebagai berikut  ;

1). bahwa, kisah menjelaskan Dayang Sumbi adalah anak seekor babi (Wayungyang), suatu simbolisasi ke-najis-an dan ke-haram-an dalam terminologi syariat milik teologis Islam. Adapun ayahnya, adalah seorang kasta satria (Raja / Pangeran) Sunda. Satu ciri yang harus di-peka-i oleh sejarawan peneliti adalah telah terjadi pelaksanaan yang salah dalam sistem kasta seharusnya. Berikut adalah ketidakselarasan pakem kasta ; "satria seharusnya tidak dapat menikahi kasta-kasta lain di luar kastanya : apalagi dengan hewan, yang dalam terminologi sistem kasta India, seekor hewan adalah out of caste, di luar kasta - bahkan publik tidak boleh mengakui lagi eksistensi berikut jati diri orang-orang terdekat yang melakukan perkawinan dengan eksternal kasta itu."  

2). bahwa, Dayang Sumbi "terbuang" dari lingkungan kastanya di Istana kala itu adalah pesan ke-dua, sebagai bagian pendahuluan dari "tulisan" para lelulur yang diukir dalam hierarki kalam syariat dengan hakekat. Jadi, siapa kini yang masih menyatakan bahwa kearifan-kearifan dalam kemasan-kemasan tradisi lisan, sejarah lisan, yang sumbernya dari cerita-cerita rakyat adalah "belum mengenal tulisan"?. "Keakraban" satria dengan out of caste (bahan kasta paria), adalah kenyataan pahit yang harus diterima oleh keturunannya, Dayang Sumbi .Di sadari maupun tidak, imej dan persepsi publik terhadap kenyataan kisah ini, belum dianggap sebagai sejarah, meskipun fenomena tersebut adalah bagian dari untold the facts. Hanya sudut pandang tassawuf yang kemudian dapat mengkajinya secara jernih dan objektif, tentu setelah dikomparasikan dengan keilmuan yang umum berlaku, sehidup-hidupnya sehingga anggapan bahwa dzikir bukanlah dianggap unlogic approach untuk keilmuan maupun kontribusi metode mendekatkan diri kepada Allah dapat orang pertimbangkan di jalan kisah ini. Hingga di sini, peni'mat kisah Sangkuriang tentu mulai "melihat" adanya sebuah prolog dari pesan tersirat dari kisah yang lahir dari pinggiran masa lalu yang termarginalkan karena mungkin dominasi "View of usser" menggunakan sudut pandang keilmuan Barat yang diadopsi oleh para ilmuwan Indonesia yang ketika itu belum memahami cara membuka mata hati diri-dirinya.

Catatan kaki :
(1) http://sundalawas.blogspot.co.id/2015/06/kerajaan-caringin-kurung-400-sm-200-m.html
(2) selengkapnya, dapat ditinjau pada "Kitab Pustaka Rajya - Rajya i Bhumi Nusantara" dan "Carita Parahyangan" | Marwati Djoened Poespanegoro, dkk dalam "Sejarah Nasional Indonesia II dan III".

(Bersambung ke Bagian-3)

___

Suntingan ke-1: 11/09/2018, pada PILIHAN SELANJUTNYA, "click":

Rabu, 04 Mei 2016

Jalan Kisah Sangkuriang Bukan Sekedar Legenda ; "Kemasan Tasawwuf Sejarah dalam View Sosiologi Sunda" (Bagian-1)

Yusni Tria Yunda [ 📝 ].

Assalamu'alaikum. Bismillah.

Berpuluh tahun masyarakat Sunda secara sosiologis, memiliki unek-unek dalam menjadikan eksistensi dirinya sebagai central of nations intellectual dalam kancah politik nasional sepanjang sejarah pasca proklamasi merdekanya Bangsa Indonesia, tahun 1945 Masehi. Apabila para peneliti peka, maka akan ditemukan suatu kebenaran tak terilis terhadap fenomena tersebut, - di mana secara demografi kewilayahan Sunda adalah dominan, namun mentalitas komunitas Sunda dalam perpolitikan seolah belum dewasa. Percumalah kiranya, apabila di satu sisi dunia maya meng - dan digembar-gemborkan bahwa entitas politik perdana yang established di Nusantara berawal dari komunitas Sunda, namun di sisi lain, minderitas erat mendekap merk yang diusung komunitasnya, "Seal lock A Sunda".

Sangkuriang sang "satria ngaku diri sang Hyang", - disebutkan ; "keturunan" anjing (Si Tumang) dan babi (Wayungyang), lantas secara pikiran dangkal serta merta diidentikkan dengan "orang Sunda" keturunan anjing dan babi. Merk Sunda yang diasosiasikan secara denotatif dalam kemasan itu telah membuat porto folio introvert para anggota komunitas Sunda dalam mengakui sejarahnya sendiri. Komunitas tumbuh dengan bayang-bayang kisah melegenda sebagai background dari group yang minder dan diminderkan. Di sini, ruhani laut jiwa komunitas Sunda seakan kering, maka diperlukan metode tasawwuf untuk membedah sumber airnya yang ditutupi dalam siloka tasawwuf sejarah. Dzikir Sunda yang efektif seharusnya adalah contoh bagi komunitas entitas - komunitas entitas lainnya di Indonesia khususnya, tanpa meng-alfa-kan komunitas - komunitas lain di dunia umumnya.

Pahit dan manis seharusnya dini'mati bersama, antara apa yang menjadi pengalaman generasi terdahulu dengan generasi terkemudian, di dalam "in tell act to all", clash of gender yang berawal dari era siloka saatnya dibuka oleh para guru di sekolah-sekolah formal dan para personil pengajar informal, serta para pembimbing non-formal yang telah memahami "seal lock A". Sudah saatnya "beban moral" yang berat atau over disorientasi psikis akibat view negatif atau cara pandangan negatif terhadap "asal-usul" etnis Sunda tersebut dilepaskan, dimerdekakan sebagai setitik jeda menarik nafas, untuk lalu menyusul kemajuan beberapa leaders son of nation state in the world pasca peringatan Proklamasi Kemerdekaan, dan upaya mengakuisisi account-account seluruh negara bangsa di dunia menjadi suatu entitas negara diri dalam account rahmatan lil 'alamin.

Kemasan kisah Sangkuriang selama ini, (diduga selama beberapa dasawarsa, hingga rekonstruksi tulisan ini dibuat, yaitu 04 April 2016 Masehi) - umumnya nampak sebagai sebuah kisah "seal lock A", yang disimpan oleh pihak-pihak tertentu untuk mengunci secara kaku cara memandang publik terhadap "merk Sunda". Setelah meminjam sudut pandang (view) tasawwuf, sebagai metoda mendekatkan diri kepada Allah, maka dapatlah kita putar-balikkan orientasi dari cap negatif tersebut menjadi sebuah kegeniusan sosial religius komunitas Sunda sebagai Sun of India. Itu tentunya hal indah, warisan dari masa lalu yang perlu ditemukan.

Diketahui, secara kausalitas sejarah, pada sesatnya orientasi ini dilatarbelakangi dan menyebabkan saat ini ;

1). bahwa, mobilitas "hai poor" (baca dibalik) selama sekian lamanya 7 dasawarsa tak pernah beranjak melebihi Dollar, serta mata uang - mata uang leaders of moneys economyc system lainnya. Funding yang lemah, bukan berarti kelemahan dari berbagai Dinasti - dinasti di Indonesia dalam mengumpulkannya, namun sering terjadinya chaos-chaos internal selama sekian abad adalah status kelemahan sisi lending yang secara tidak langsung sangat berkaitan dengan mobilitas tertutup warisan dari sistem kasta dari entitas religius selain Islam (In syahadat link after mistakes ; jahiliyyah).  Sun of India (Sunda) adalah yang paling terkena dampaknya. Namun, para guru yang arif pada masa lalu tersebut secara visi telah mengkonstruksi sebuah format kepatutan cara untuk ; "bagaimana mengemas strategi guna kita dapat melawan pada waktunya". Tentu hal tersebut diandalkan sesuai dengan kondisi dan situasi pada masa itu, sebagai sebuah pesan bagi generasi kita (yang lahir setelah beliau - beliau, dan baru menyadari setelah beliau - beliau tiada secara lahiriah, melainkan ada bathiniah jalan ruhani yang menyambungkannya secara intelektual). Jalan ; telah terbuka, namun diperlukan guru pembimbing yang memahami letak kunci serta cara menjalaninya.

2). bahwa, setelah memasuki abad ke-19, pergolakan sejarah ekonomi dan politik di wilayah Kesundaan mengalami fase ujian pertama dalam dzikirnya, yaitu dengan teror pada multy sectoral ; militer, ekonomi, sosiologis, dan yang paling parah adalah teror moral psikologis dari bangsa calon penjajah Indonesia, yaitu komunitas Eropa, termasuk Belanda dengan strategi kopinya di Priangan. Di sinilah dan pada masa inilah diasumsikan lahirnya kisah Sangkuriang yang berkembang selama berabad satu setengah - hingga dua abad. Sasaran umum adalah seluruh entitas dalam sejarah komunitas-komunitas Indonesia pada sepanjang abad ke-19, dengan Sunda sebagai to lock ukurannya. Sejarah konvensional akan memandang bahwa pada abad ini serta abad selanjutnya dengan tindakan - tindakan teror, Indonesia diperlakukan sebagai anjing yang diharapkan setia bagi pemaksaan kurikulum entitas bertopeng religius yang mengembangkan diri menjadi entitas sistem sosial tersebut. Jalan ; terbuka, kunci ada, peta ada, guru pembimbing ada, kekuatan kurang.

3). bahwa, paham komunisme yang berkembang di Indonesia pada abad selanjutnya bagaikan kegagalan memahami pesan dan format yang dikemas para leluhur sebagai guru - guru yang arif bijaksana. Itu, adalah yang ditangisi oleh para proklamator ; yaitu, "bagaimana cara untuk membuat anak - anak muda mengerti dan paham tentang pesan para leluhur?". Masa - masa Revolusi (1945 sampai dengan 1950 Masehi) adalah tepat 1 (satu) abad pola pengulangan sejarah, di mana Mekah berevolusi ruhani di bawah bimbingan Guru Mursyid dari Sambas (sekarang Kalimantan, Indonesia). Jalan ; Guru Pembimbing ada, peta lengkap, kekuatan terbagi.

4). bahwa, perjalanan belum tercatat utuh, pemahaman masih terbagi.

Karena itulah, untuk hal kritis saat ini, maka pengemban amanat kisah saat ini, memerlukan para pemuda, untuk membahas ;
1). dukungan para guru untuk memimpin potensi komunitas,

2). dukungan para pemegang kebijakan kurikulum untuk memasukkan inti sirri yang ditemukan ke dalam inti sari kurikulum yang akan diajarkan kepada para siswa dan calon - calon siswanya,

3). dukungan para stake holder, sebagai kekuatan untuk legalisasi rumusan - rumusan kebijakan para pemegang kebijakan untuk tidak mencari selain diri para guru yang dimaksud pada point 1 (satu) di atas.

(bersambung ke Bagian-2)

___

Suntingan ke-1: 11/09/2018, pada PILIHAN SELANJUTNYA, guna ke halaman terbaru penulis.

PILIHAN SELANJUTNYA: "click": Hijrah.